Monday, July 14, 2008

Listrik oh..Listrik..

dear blogger..

Coba anda perhatian dua artikel terakhir mengenai kelistrikan Kepulauan Riau dan Tanjung Kasam..sekilas ada kesinambungan antara statement pak Gubernur dengan pemutusan kontrak Donfang Electric Company (DEC) pada proyek PLTU Tanjung Kasam, Batam.

Memang sih, pak Gub sudah gregetan dengan kinerja Dongfang yang tak kunjung menyelesaikan proyek listrik tersebut, sementara kebutuhan listrik di Batam dan Bintan sudah mendesak dan pulau ini sudah merindukan alternatif energi untuk mengantisipasi berulangnya tragedi Batam Black-Out pada medio April-Mei 2008 lalu.

Dongfang sendiri, sudah pasrah dengan pemutusan ini. Disatu sisi, perusahaan itu sudah amburadul dihantam gempa besar di Sinchuan pada April yang meluluhlantakkan fasilitas pabriknya, dan disisi lain, kenaikan harga material akibat dampak ekonomi global juga memaksa mereka menaikkan ongkos produksi.

Maju kena Mundur Kena, akhirnya terpaksa kontrak DEC dengan PT TJK Power selaku pemilik proyek diputus pada 30 Juni. Nah, kini apakah beauty contest bisa berjalan tepat waktu dan mendapatkan pengganti Dongfang sehingga proyek tidak semakin molor, dan pak Gub makin naik pitam.

Semoga saja semua lancar. Harus diingat, Pulau Bintan sudah sangat krisis dan menjalani pemadaman bergilir. Sekiranya PLTU Kasam bisa selesai tepat waktu atau kira-kira pada awal 2011, maka konsep Interkoneksi Batam-Bintan bisa direalisasikan. Tapi selama dua tahun menunggu, rakyat Bintan plus Tanjung Pinang harus rela mengalami pemadaman bergilir atau menunggu sampai mesin pembangkit diesel jadi didatangkan pada Desember 2008 dan Februari 2009 mendatang.

Persoalan listrik memang bukan persoalan masyarakat Kepri saja, tapi sudah menjadi 'bencana' nasional. Hampir semua wilayah di Indonesia kekurangan listrik. Negeri kaya minyak, gas, dan batu bara ini nyaris mati kekurangan listrik karena pembangkit yang ada kesulitan mendapatkan bahan bakar.

Ibarat, ayam mati di lumbung padi..itulah Indonesia tercinta..pemimpin di negeri ini nyaris tidak punya visi kebijakan energi yang jelas dalam mengatasi krisis yang terjadi. Gas habis dijual ke Singapura dan Malaysia dalam rentang waktu yang lama..sementara kebutuhan dalam negeri tidak mendapatkan prioritas.

Batu bara juga demikian, para eksportir nasional memilih menjual komoditi ini ke luar negeri dengan pertimbangan harga yang tinggi ketimbang menjual ke PT PLN Persero dengan harga murah dan pembayaran yang telat.
Akibatnya, pembangkit-pembangkit uap domestik nyaris mati kehausan karena tidak ada bahan bakar. Kondisi makin diperparah dengan perencanaan yang tidak matang dari para pengelolanya.

Nah, sekarang apa yang akan dilakukan? Harga minyak dunia terus membumbung hingga mendekati angka keramat US$200. Jika itu terjadi, negeri ini makin menggelepar menunggu ajal. Masih sanggupkah APBN kita menanggung beban akibat kenaikan harga minyak dunia itu?

Tapi satu hal yang saya heran, saat negara sedang kesakitan, eh..Pemkot Batam malah asyik menghambur-hamburkan uang untuk tujuan yang tidak jelas. Malah devisit Rp7,5 miliar. Benar-benar ga ada otak..mereka pikir itu uang nenek moyangnya kali..

Padahal apa yang sudah dilakukan? Apakah sudah mendapatkan Piala Adipura maka bisa dikatakan program kebersihan kota sudah berhasil? Huh..omong kosong..
Rakyat butuh bukti konkrit..salah satunya ya pembangunan jalan. Jalan yang mulus merupakan bukti kalau Walikota Batam sudah bekerja.
Bagaimana bisa memimpin sebuah kawasan bebas kalau mengurus jalan saja tidak mampu.

Lebih baik mundur dari pada membuat dosa karena rakyatnya terus menghujat!!

No comments:

Post a Comment