Friday, August 8, 2008

Univ. Indonesia & Lembaga KEMITRAAN gelar riset FTZ

Dear blogger,

Penetapan Pulau Batam sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas sejak Agustus 2007 lalu telah menarik perhatian lembaga-lembaga riset di Jakarta untuk menggelar studi di pulau ini. Tidak tanggung-tanggung, dua lembaga riset yakni Management Research Centre Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Lembaga KEMITRAAN serempak hadir di Batam.

MRC FE-UI bekerjasama dengan National University Singapore (NUS) akan menerjunkan timnya selama dua hari pada tanggal 13-14 Agustus 2008 mendatang. Selama dua hari itu, mereka akan menggelar focus group discussion bersama para investor dan pemerintah setempat.

Demikian juga dengan Lembaga KEMITRAAN pimpinan Mohammad Sobary. Besok--tanggal 9 Agustus 2008, mereka akan menggelar round table discussion dengan mengundang para akademisi, pemda, DPRD, pengusaha, dan LSM untuk sharing informasi mengenai implementasi FTZ beserta kendala yang dihadapi.

Kita patut mendukung kegiatan dua lembaga tersebut. Itu bukti bahwa tidak saja orang Batam yang peduli terhadap kelanjutan nasib pulau ini, tapi juga orang luar Batam. Mereka adalah para pemikir yang begitu concern dengan penetapan pulau ini sebagai kawasan ekonomi khusus yang menjadi pilot project bagi pengembangan kawasan sejenis di daerah lain di Indonesia.

Kepedulian yang diwujudkan dalam bentuk riset yang mana hasilnya akan dipublikasikan dan menjadi rekomendasi kepada pemerintah pusat. Mereka tentu ingin mendapatkan perspektif yang jernih tidak saja dari pemerintah daerah dan otoritas setempat, tapi juga masyarakat yang terdiri dari pengusaha, akademisi, dan tentu saja dari pengelola blog ini..hehehehehe..

Apapun hasil yang mereka peroleh, tentunya itu akan menjadi bahan untuk perbaikan kebijakan terhadap pulau ini. Mungkin sebagian pihak masih menilai, FTZ yang ditetapkan di Batam belum dijalankan dengan komitmen penuh. Tidak saja dari pusat, tapi juga dari daerah.

Status FTZ justru jadi ajang pertarungan politik praktis yang melibatkan segelintir pejabat elit lokal. Memang, hal ini tidak akan muncul secara kasat mata, tapi berbagai analisa praktis bisa mengarah pada kesimpulan itu. (baca blog archieve: FTZ BBK Memalukan..!!)
Semua dinilai dari kacamata kekuasaan, sehingga melupakan tujuan utama dari status FTZ ini, yakni memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pemodal yang akhirnya meningkatkan daya saing dan daya dorong Batam sebagai tujuan investasi dunia.

Masa kita kalah sama Johor yang semakin kinclong setelah Iskandar Development Region dilaunching. Singapura yang menjadi pangsa utama investasi Batam tentunya akan semakin memilah mana tempat yang paling baik.
Kendati negara pulau ini menjadi mitra Indonesia dalam pengembangan kawasan BBK, tapi bukan berarti mereka tidak bisa memilih.

Selain itu, bagaimana dengan mental aparatur daerah, apakah sudah menyiratkan perbaikan? Belum sih, dan semestinya ada arah perbaikan, bukannya malah makin memperburuk. Bagaimana dengan Otorita Batam? Hmmm, sepertinya, jajaran pemimpin OB masih mengkalkulasi, kira-kira, seperti apa tindakan yang pas dilakukan dalam waktu kurang dari enam bulan ke depan menjelang peralihan aset dan pegawainya menjadi milik Badan Pengusahaan Kawasan Batam. (untuk mengetahui cerita lengkap soal status OB, bisa dilihat di blog archieve pada bulan Juli..)

Seperti acara program yang akan digelar oleh MRC FE-UI dan Lembaga KEMITRAAN itu selama di Batam? Nantikan cerita lengkapnya di blog tercinta ini, karena saya mendapat kesempatan untuk hadir dalam forum diskusi yang digelar oleh dua lembaga itu dalam waktu yang berbeda hingga pekan depan.

No comments:

Post a Comment