Monday, August 4, 2008

Iskandar Development Region, Memberikan Bukti..


Dear blogger,

Pada tanggal 01 Agustus 2008 lalu, saya berkesempatan melihat langsung kesiapan pembangunan kawasan Iskandar Development Region (IDR) - Johor Bahru menjadi kawasan investasi dan perdagangan terbesar di wilayah Asia Tenggara. Konon, IDR bakal menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru regional mengalahkan Singapura.

Hmmm..IDR memang sedang bermimpi, tapi bukan mimpi di siang bolong. Pemerintah Malaysia telah menyiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Uang miliaran Ringgit pun digelontorkan untuk membangun sarana prasarana fisik untuk mengukuhkan cita-cita tersebut.

Memang benar, Malaysia (pemerintahan kerajaan Johor Bahru) tidak sedang main-main. Aroma pembangunan dan keseriusan pun sudah tercium saat kaki menginjakkan Negeri Johor. Jalanan yang mulus di seluruh pelosok negeri, menjadi bukti keseriusan itu. Jalan yang saling terhubung antara satu kawasan dengan kawasan lain, seolah menyambut kedatangan para investor untuk memilih JB sebagai tujuan investasi.

Ya, kita tidak perlu mencari pembanding lain. Dari pembangunan jalan saja, sudah jelas tekad sebenarnya dari pengelola negeri itu untuk membangun IDR sebagai the most attractive investment destination in the region. Forget about Batam..!!

IDR memang tidak gembar gembor soal status free trade zone, mereka hanya punya satu tujuan, memberikan kemudahan dan pelayanan arus keluar masuk barang melalui wilayah itu. Tentunya dengan jaminan infrastruktur yang kualitas dunia, mulai dari Pelabuhan Tanjung Pelepas, hingga jalan raya dan lebuh raya (tol) yang menghubungkan pelabuhan dengan kawasan industri dan bandar udara.

Sebenarnya, IDR bukanlah sebuah kawasan baru. Ia merupakan penggabungan lima kawasan pertumbuhan di Johor Bahru, yakni Western Gate Development (Port of Tanjung Pelepas), Bandar Baru Nusajaya, JB City Centre, Senai Air Port, dan Eastern Gate Development (Pasir Gudang Port). Total luas IDR sendiri mencapai luas 2.217 kilometer persegi atau tiga kali luas Singapura.

Dari kelima kawasan itu, hanya Nusajaya yang merupakan kawasan yang dikembangkan dari sebuah areal hijau. Pengembang Nusajaya, UEM Land Bhd dipercaya untuk membangun sebuah bandar baru di luar pusat kota Johor. Nantinya, Nusajaya akan menjadi pusat pemerintahan, perdagangan/investasi, residensial, pendidikan, dan entertainment.

Perjalanan kami ke Nusajaya pun lancar karena jalanan yang mulus. Walaupun pembangunan dan konstruksi masih berlangsung di sana-sini, namun pengembang sudah menyiapkan jalanan yang berkualitas. Tidak ada lubang, semua mulus dan lebar.

Mengapa saya lebih fokus pada jalan, ya karena dari jalan saja, sudah jelas apa yang diinginkan oleh si pengembang Nusajaya atau bahkan pemerintah Johor Bahru. Pemodal bisa melihat mana pengelola kawasan yang serius atau tidak dari pembangunan jalannya.

Saat makan siang, seorang teman yang ikut rombongan ke Nusajaya berkata," apa sih yang spesial dari Johor Bahru ini, kok terlihat biasa aja?"
Saya langsung jawab," Upsss..anda salah, kalo kita ingin bandingkan Nusajaya dengan Batam, liat satu indikator saja.. JALAN RAYA..Betapa hebatnya mereka membangun jalan, sehingga rasanya Batam Free Trade Zone tidak ada apa-apanya."

Hehehehe...bukan maksud hati membesar-besarkan Johor dengan IDR nya, tapi begitulah kenyataannya. Pengelola Batam ini hanya OMONG DOANG, ngakunya kawasan bebas, tapi membangun jalan yang bermutu saja tidak mampu, bagaimana mau membangun sebuah kawasan pertumbuhan baru.

Nah, saat saya ngobrol dengan pengelola IDR, jelas sekali posisi Batam di mata mereka. Batam FTZ bukanlah ancaman bagi IDR, mereka hanya membandingkan Iskandar dengan Singapura, Hongkong, dan Dubai. Which mean, Batam is nothing..

(so, nantikan ulasan berikutnya soal posisi Batam dan Singapura di mata IDR)

No comments:

Post a Comment