Wednesday, January 9, 2008

Tarif Layanan Publik di Batam meroket..(1)


Dear blogger,

Hari ini gw ingin curhat soal tarif layanan publik di Kota Batam yang naik serentak menjelang tutup tahun 2007 tepatnya pada bulan Desember lalu. Mulai dari tarif air bersih, tarif airport tax, seaport tax, dan rumah sakit.

Adalah Ketua Otorita Batam Mustofa Widjaja yang menjadi aktor tunggal dibalik kenaikan empat tarif layanan publik tersebut. Dimulai pada tanggal 5 Desember 2007, OB menaikkan tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) atau passenger service charge (PSC) Bandara Hang Nadim sebesar Rp30.o00,- (tarif sebelumnya Rp13.000).

Kemudian tanggal 17 Desember 2007 melalui SK No. 106/KPTS/KA/XII/2007 tentang kenaikan tarif air yang dikelola oleh PT Adhya Tirta Batam (ATB), dilanjutkan dengan SK No. 109/KPTS/KA/XII/2007 tentang kenaikan sea port tax menjadi Sin$7 (tarif sebelumnya Sin$3), dan SK No. 110/KPTS/XII/2007 tentang kenaikan tarif jasa dan fasilitas di Rumah Saki Otorita Batam (RSOB).

OB menjamin kenaikan itu akan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pelayanan di bandara, terminal feri, rumah sakit, dan distribusi air bersih. Tapi apakah ada konsekwensi bila janji peningkatan pelayanan itu tidak terealisasi? Siapa yang akan mengawasi bila janji itu tidak dpenuhi?

Sulit menjawabnya, baik OB dan Pemkot Batam sudah setali tiga uang. Mereka melakukan konspirasi terselubung dibalik janji perbaikan pelayanan untuk mengeruk untung dari kenaikan tarif jasa layanan publik tersebut.

Otoritas pengelola Bandara Hang Nadim OB berjanji akan meningkatkan pelayanan di bandara dengan menambahkan ratusan troli barang, menambah monitor plasma untuk informasi penerbangan, dan lainnya.

Begitu juga pengelola terminal ferri juga menjanjikan hal yang sama. Peningkatan kualitas terminal sebagai pintu keluar masuk turis dari dan ke Singapura. PT ATB selaku penyedia air bersih sudah komitmen walaupun masih sebatas wilayah Batam Centre, dan RSOB juga berjanji perbaikan pelayanan medis semakin baik.

Namun dibalik itu semua, apakah kenaikan ini sudah tepat atau hanya akal-akalan dari OB dan Pemkot untuk menumpuk pundi pendapatan kedua instansi tersebut. Harus diakui, sebagai bandara internasional, Hang Nadim jauh dari kesan rapi.

Dari luar bisa terlihat betapa kesemrawutan bandara itu tidak teratasi oleh pengelola. Mobil-mobil menumpuk di depan terminal kedatangan dan keberangkatan mengganggu arus masuk dan keluar kendaraan yang menjemput atau mengantar penumpang.

Areal parkir tidak sepenuhnya dimanfaatkan. Jalur masuk kendaraan justru dipadati oleh mobil pejabat yang mengantar atau sedang menunggu si pejabat tiba. Akibatnya, mobil-mobil lain pun ikut-ikutan memadati lajur yang sama.

Di dalam, kita bisa kualitas toilet bandara yang jauh dari kesan internasional. Troli yang terbatas sehingga penumpang harus berebut untuk mendapatkannya. (Kemana saja pendapatan bandara selama ini, mengapa tidak pernah dibelikan troli?) Bila memang ingin meningkatkan pelayanan, tentu tidak perlu menunggu kenaikan tarif PSC.

Lantas bagaimana kondisi di terminal feri. Lebih parah..!!!
Coba lihat terminal feri batam center, kondisi sangat memprihatinkan. Areal parkir yang semrawut oleh taksi yang mencari penumpang. Begitu masuk ke dalam, jangan sekali-kali ke toilet, karena toiletnya bau pesing, kotor, dan tak terurus. Inikah terminal internasional?

Apakah kenaikan seaport tax akan menjamin toilet terminal akan kembali wangi seperti saat pertama terminal diresmikan?? Rasanya belum tentu..
Seperti yang sama bilang tadi, kenaikan ini cuma akal-akalan OB dan Pemkot Batam saja demi meraup untung belaka.

Bila OB berdalih mereka butuh dana segar untuk menutupi pengeluaran selama ini, lantas apakah pengeluaran itu sudah tepat sasaran sehingga perlu menaikkan tarif layanan publik? Kalau belum tepat, justru itu yang harus dibenahi bukan dengan mengorbankan masyarakat.

Kita jangan bicara Pemkot Batam deh, sudah pasti, jatah mereka dari kenaikan seaport dan airport tax hanya untuk menambah tebal pemasukan para pejabat saja. Mau mereka kemanakan dana bagi hasil itu? Untuk pembangunan, uh...bullshit..
Pemkot Batam tidak bisa bekerja, mereka hanya memikirkan kesejahteraan pegawai saja, tapi melupakan rakyat.
Buktinya mana, kalau memang pendidikan diperhatikan, mestinya sekolah gratis. Kalau memang kesehatan diperhatkan tentu biaya berobat sudah gratis dan tidak terpengaruh kenaikan biaya layanan di RSOB.

Tapi apa yang terjadi, mereka hanya memikirkan pemasukan-pemasukan dan pemasukan. Adakah mereka memikirkan untuk apa uang itu nantinya. Adakah program kerja mereka yang tepat sasaran? Lha wong untuk bangun jalan saja susahnya minta ampun...

No comments:

Post a Comment