Monday, January 7, 2008

Batam kian dijepit Integrated Resort dan Iskandar Development Region


Gutten Morgen, dear Blogger..

Topik kita pagi ini masih seputar nasib Pulau Batam yang kian tidak menentu. Tentu saja bandingannya dengan Singapura dan Johor Bahru. Ga mungkin khan kita bandingin pulau tercinta ini dengan Gunung Kidul??

Oke, lets talk about what our government have done to boost up economic growth in this island. The answer is not done yet. Why? Coba saja anda lihat sendiri, apa yang sudah dilakukan pemerintah baik pusat dan daerah untuk menggesa perbaikan iklim investasi di kawasan yang katanya sudah mendapat status free trade zone ini.

Mestinya, kalau pemerintah memang sudah bergerak, maka pembangunan infrastruktur sudah terlihat di mana-mana? Ini jangankan belanja modal yang butuh dana ratusan miliar, produk hukum dan instansi penanggung jawab pembangunan saja belum usai juga dibahas.

Jadi wajar saja, bila Pulau Batam semakin tertinggal dibandingkan Singapura dan Johor Bahru. Coba anda lihat di dua negara tetangga itu. Singapura sedang sibuk membangun Integrated Resort (IR) yang berisi dua kawasan resort kelas dunia plus wisata casino di Marina City. Begitu juga dengan JB, mereka sedang giat-giatnya membangun Iskandar Development Region (IDR) yang bakal menjadi one stop entertainment dan investment destination di semenanjung ini dan Asia.

Bila negara tetangga asyik menggarap pembangunan, Batam masih asyik memikirkan soal bagi-bagi pendapatan daerah dan soal Dewan Kawasan.
Betapa miris hati ini melihat tingkah polah pejabat pusat dan daerah. Tapi yang paling ironis ya di daerah. Adakah para pejabat itu berpikir untuk menggesa pembangunan di pulau ini? Kalau ada, mengapa yang diributkan masih seputar pendapatan. Bagi-bagi pendapatan seaport tax dan air port tax.

Apakah alasan OB menaikkan seaport dan airport tax itu sudah tepat? Belum tentu. Bila alasannya untuk menutupi pengeluaran, lantas apakah pengeluaran yang dikeluarkan selama ini sudah tepat sasaran?

Oke, let them fight for the tax.. Kita kembali soal, Singapura dan JB saja. Dua kawasan baru yang mereka bangun itu bakal menjadikan mereka semakin terang benderang bergelimang dolar.

Bisakah Batam mengambil manfaat dari kehadiran IR dan IDR itu? Ya, sebagai pulau dengan fasilitas seadanya mungkin wajar saja kita bertanya seperti itu, sebab tidak mungkin kita bisa mengalahkan dua kawasan baru tersebut. Yang ada, ya memanfaatkan saja lah, tak lebih.

Seperti apa? Nanti khan pasti banyak tuh turis yang masuk Singapura, nah bagi turis yang ga kebagian hotel di sana bisa menyeberang ke Batam mencari hotel murah plus bisa menggaet pelacur yang banyak beredar di panti pijat dan karaoke. Cukup dengan membawa Sin$500 saja, maka dua tiga pulau bisa terlampaui.

Manfaat lain? Paling-paling, para turis nyasar itu bisa dibawa keliling pulau ke Jembatan Barelang, Lokasi Pengungsian Vietnam di Galang, atau belanja barang murah di DC Mall atau Mega Mall. Trus mau apa lagi, mau disuguhkan tari-tarian rasanya tidak mungkin, sebab penari Melayu hanya hadir saat seremoni informal saja.

Mestinya ini yang menjadi perhatian pemerintah daerah, mulai memikirkan format pembangunan pariwisata dalam rangka menyambut beroperasinya IR pada 2009 mendatang. Tidak cukup dengan launching logo Visit Batam Year 2010, tanpa ada perubahan fundamental dari pemerintah dan pengusaha pariwisatanya.

Banyak hal yang harus dipikirkan. Memang ini bukan tugas Dinas Pariwisata saja melainkan tugas semua pihak pelaku pariwisata Batam. Sepanjang pemda tidak serius maka jangan harap tahun 2010 akan terjadi keajaiban.

No comments:

Post a Comment