Monday, December 24, 2007

Hidup di Batam mulai membosankan..!!

Emang bener sih..makin lama hidup di Batam semakin membosankan. Penyebabnya tak lain adalah kondisi jalan umum yang kian memprihatinkan tanpa ada tindakan konkrit yang cepat dari pemerintah setempat.

Mulai dari berangkat kerja pagi hari, pergi makan siang, hingga pulang lagi ke rumah, PASTI kita jumpa jalanan berlubang. Oke, kita maafkan jalanan rusak karena ada perbaikan gorong-gorong, tapi bagaimana dengan jalan yang rusak tapi tidak ada perbaikan apapun di sana.

Batam kini sudah jadi KOTA SEJUTA LUBANG, tak ada lagi jalan mulus di kota ini. Kemana saja kalian para pemegang kebijakan di kota ini. Tidakkah kalian lihat fakta di lapangan?

Mereka melihat tapi pura-pura tidak tahu. Biarkanlah jalan berlubang, yang penting gua khan tetap nyaman, naik mobil mewah dengan suspensi anti jalan berlubang. Emang gw pikirin..!!

Ironisnya, Pemkot Batam sebagai institusi yang katanya bertanggung jawab terhadap pembangunan kota ini tidak punya anggaran yang cukup untuk memperbaiki jalan baru. Jangankan membangun jalan baru, memperbaiki saja pun mereka tidak sanggup.
Dikemanakan uang rakyat ratusan miliar itu, hai para pejabat.
Mengapa uang rakyat kalian habiskan untuk mensejahterakan para pegawai? Mengapa kalian korbankan kesejahteraan rakyat yang ratusan ribu jiwa ini.

Tidak ada gunanya menjerit..toh tidak didengar juga..

Dalam APBD 2008 yang baru disahkan itu tercatat anggaran pendapatan Batam sebesar Rp870 miliar namun sayang..60% dari jumlah itu habis untuk gaji, tunjangan, dan kesejahteraan para pegawainya baik di Pemkot maupun di DPRD.

Hanya tersisa 40% saja untuk pembangunan proyek-proyek. Itu pun harus dibagi-bagi lagi per instansi yang mengusulkan. Bagaimana mau memikirkan kemulusan jalan, lha wong untuk memperbaiki infrastruktur sekolah dan kesehatan saja masih kembang kempis.

Lengkaplah sudah, kota ini memang berjalan tanpa pola, tak tau mau dibawa kemana. Tata kota yang tidak beraturan, tanah gersang di mana-mana, air mampet, banjir, jalan berlubang, reklame bertebaran tak beraturan, ketidakdisiplinan pengendara, kejahatan meningkat dan sebagainya.

Kapan kota ini mau belajar..
Kapan kota ini mau tersadar bahwa ia sudah jadi kawasan bebas..

Atau memang penyelenggara kota ini sudah bosan belajar dan tidak mau tersadar..

its getting bored living in this city..

1 comment:

  1. Apa yang dikatakan oleh sdr. Yono ada benernya dan sedikit sekali yang salah hehehe.... emang realitanya "tukang perintah" di Batam seperti itu dana lebih banyak belanja pegawai dng alasan supaya gak korup tapi nyatanya?
    Beda banget dengan Kediri yang hanya mengalokasikan sekitar 30% saja utk belanja pegawai padahal kalau berani banding pendapatan Batam jauh lebih banyak dibanding Kediri. itulah bedanya kalau Pemerintah yang punya sense of crisis dengan yang tidak, PAYAH, mau sampai kapan pak cik??!!!
    Salah satu media cetak memberitakan bahwa end of the year 2007 ada 2 kota yang paling banyak dikunjungi yaitu Bali & Batam, kalau Batam jelas sudah bahwa tourist WNI pada meluncur ke Spore & Malaysia via Batam, walaupun hanya numpang lewat paling tidak rata2 dari mereka nginap semalam di Batam, coba bayangkan kalau per orang menghabiskan Rp 500.000/ hari dikali sekitar 10.000 orang lumayan juga dapetnya Rp 5 milyar!!! hanya utk beberapa hari libur akhir tahun ini. Namun sayang sebelum masuk liburan hari Raya Haji hingga tahun baru 2008 sama sekali tidak ada make up for Batam, kita menjadi tuan rumah yang angkuh! masa bodoh dengan sejuta lubang di jalan dan masa bodoh dengan seribu kebodohan yang ada di PEMKO BATAM melalui DISPARDA nya tidak mampu mencermati hal ini dengan bijaksana, Pak Wali juga sama saja kesal dng proyek yang lambat baru ngomong di Desember 2007, dari kemaren ngapaian aja pak? apa tidak ada rapat bulanan dng seluruh KADIS? kan seharusnya ucapan kekesalan proyek molor tsb harusnya sdh keluar sejak tengah tahun?! TEROK BETOLAH BATAM NE... CAMANA NAK VISIT BATAM 2010? DARI SEKARANG AJA TAK JELAS APE NAK DIBUAT, PERCUME KALAU HANYA SIMBOL TERUSSSSSS........

    ReplyDelete