Tuesday, July 17, 2007

Pulau Bintan berharap berkah dari Integrated Resort Singapure

“Dua tahun mendatang, daerah lain di Singapura bernama Marina akan dimeriahkan dengan kehadiran The Marina Bay Sands, sebuah resort mewah bertaraf internasional mencakup meeting dan convention center, berbagai restoran kelas atas, hotel berbintang lima, kasino, serta pusat perbelanjaan dan prasarana hiburan tiada batas.
Bermodalkan investasi sebesar lima miliar Singapore Dollar, The Marina Bay Sands merupakan resor kasino terbesar yang pernah dibangun sepanjang masa. Di sini terletak convention center seluas 110.000 meter persegi yang akan mengakomodasi lebih dari 50.000 orang yang berkepentingan bisnis, pertemuan, pameran, dan transaksi dagang.
Dengan menggabungkan enam komponen utama meliputi bisnis, hotel, pertokoan, restoran, restoran, kasino, dan hiburan dalam satu atap, The Marina Bay Sands dipastikan akan memberikan sebuah integrasi berbagai fenomena yang luar biasa menarik untuk menjadikan Singapura sebagai salah satu tujuan pilihan dunia.”
Demikian cuplikan iklan advertorial The Marina Bay Sands di Singapura pada Jumat, 30 Maret 2007 di sebuah harian lokal dan juga diterbitkan bersamaan di sebuah harian nasional terbesar.
TMBS merupakan salah satu proyek raksasa yang termasuk dalam integrated resort (IR) yang tengah dikembangkan oleh Pemerintah Singapura. Proyek lainnya dalam kawasan terpadu ini adalah Resort World di Pulau Sentosa dengan nilai investasi Sin$5,2 miliar.
Ya, industri pariwisata Singapura memang tengah bergeliat. Dua proyek raksasa yang salah satunya dikembangkan oleh Group Genting International itu secara tegas menunjukkan visi Singapura sebagai tujuan wisata kelas dunia.
Kedua proyek yang akan selesai pada 2009 untuk TMBS dan 2010 untuk Resort World ini jelas akan menyedot jutaan wisatawan mancanegara termasuk dari wisatawan asal Indonesia.
Untuk soal sedot menyedot ini, Singapura memang jagonya. Negara pulau itu memang terus membenahi berbagai sajian wisata bagi wisman yang datang ke negara itu. Tidak saja objek wisata yang diperbanyak, pusat-pusat belanja pun terus bermunculan dan semakin menyilaukan mata para orang kaya.
Diperkirakan sebanyak 50 juta orang turis dari seluruh dunia akan memadati Singapura setiap tahunnya bila integrated resort di dua kawasan itu selesai dibangun dan mulai dibuka untuk umum.
Menyikapi geliat Singapura itu, apakah pariwisata Indonesia khususnya Batam-Bintan akan terkena dampaknya? Jawaban untuk pertanyaan ini memang masih bisa diperdebatkan tergantung dari mana memandangnya.
Contoh terdekat adalah Kawasan Pariwisata Internasional Lagoi, yang dikembangkan sejak 1992 oleh PT Bintan Resort Cakrawala (BRC). Kawasan wisata di Pulau Bintan dengan luas areal 20.000 hektar ini menggabungkan wisata resort dan keindahan alam bagi wisatawan asing yang ingin mencari nuansa lain.
Berbenah
Seharusnya, dengan dibukanya IR di Singapura itu maka kunjungan wisman ke Lagoi otomatis akan berkurang apalagi hampir 40% turis yang berkunjung ke kawasan itu berasal dari Singapura. Tapi kenyataannya, bukan nada pesimis yang muncul melainkan sikap optimisme dari pihak pengelola.
Chin Chow Yoon, Vice President Director PT Bintan Resort Cakrawala, pengelola kawasan Lagoi, menegaskan kehadiran IR di Singapura justru akan memberikan pengaruh positif bagi Lagoi dan Pulau Bintan.
Alasan Chin sederhana. Jutaan wisman yang datang ke Singapura itu pasti akan bosan menikmati wisata belanja dan kasino saja. “Mereka juga butuh atmosfer lain seperti suasana pantai dan alam yang asri. Nah, dua faktor ini tidak dimiliki Singapura.”
Harus diakui, keindahan hutan tropis Pulau Bintan yang menyelimuti sebagian besar kawasan Lagoi menjadi faktor utama. Ditambah pesisir pantai yang berpasir putih dan menghadap langsung ke Laut China Selatan, wajar jika BRC tidak gentar dengan geliat IR Singapura tersebut.
“IR bukan ancaman bagi Lagoi, tapi justru menyokong keberadaan kami,” papar Chin.
Dampak positif dari geliat IR di Singapura itu adalah semakin prospektifnya kawasan Lagoi bagi para pemodal domestic maupun luar negeri. Berbondong-bondong, investor ingin membangun resor di kawasan itu untuk mengantisipasi luberan wisman dari Singapura.
Salah satu yang sudah bersiap adalah The Ritz-Carlton Hotel Co. melalui PT Pacific Place Jakarta yang membangun The Ritz-Carlton Bintan, sebuah resor mewah dengan 60 vila senilai US$65 juta. Proyek prestisius ini akan selesai pada akhir 2008.
Ritz tidak sendiri. Investor Malaysia Landmark Holdings juga berminat membangun sebuah kawasan terpadu Water Front City senilai Sin$900 juta yang terdiri dari kondominium, resor, taman air, dan sebagainya.
Pihak pengelola pun juga ikut berbenah dengan menyiapkan Lagoi Bay Village yakni sebuah kawasan pedesaan yang menawarkan areal murah bagi hotel-hotel bintang dua yang berbaur dengan pemukiman penduduk.
“Konsep ini mirip dengan kawasan Kuta, Bali. Kami harapkan melalui suguhan unik ini maka kunjungan wisman bisa semakin tinggi,” ujar Nia Firtica, Public Relation Officer PT BRC.
Diproyeksikan dalam pengembangan lima hingga 10 tahun ke depan, jumlah kamar di Lagoi akan bertambah menjadi 10.000-15.000 unit dari angka saat ini sebanyak 1.375 unit. Jumlah ini diperkirakan mampu menampung satu juta turis per tahun yang berkunjung ke kawasan itu pada 2012
Two in one
Strategi promosi yang dijalankan oleh pengelola Lagoi memang cukup unik sekaligus membuktikan keterkaitan tak terpisahkan antara Bintan dan Singapura. Mereka pun ikut terlibat dalam setiap program promosi bersama dengan Singapore Tourism Board (STB).
“Kami menawarkan one trip two destination kepada setiap wisman, artinya, bila mereka mengambil paket wisata ke Singapura maka biro perjalanan akan memasukkan rute tambahan ke Lagoi, Bintan,” papar Chin.
Potensi kunjungan wisatawan asing ke kawasan itu diperkirakan terus meningkat seiring dengan program pemasaran yang digelar untuk menjangkau pasar wisman baru dari Asia Selatan dan Timur Tengah.
Total kunjungan turis ke Lagoi mencapai 333.000 orang per tahun dengan mayoritas pengunjung atau 75,5% berasal dari Asia, dan sisanya dari Eropa dan Australia. Dari Asia tersebut, sekitar 32,3% berasal dari Singapura, Jepang 16,6% dan Korea 14,8%.
”Kunjungan wisman dari Singapura ke Lagoi bakal terus meningkat. Ini merupakan potensi yang menguntungkan kawasan ini ke depan,” ujar Tan Kian, President PT Pacific Place Jakarta.
Namun sayang, objek wisata yang menarik di Pulau Bintan itu belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para wisman domestik, terbukti dari kecilnya jumlah turis lokal yang datang ke kawasan tersebut.
Faktor lokasi memang menjadi alasan, pasalnya, warga Singapura lebih mudah menjangkaunya dengan feri dibandingkan turis asal Jakarta yang harus terbang dulu ke Batam kemudian dilanjutkan dengan feri ke Lagoi.
Kecuali, penerbangan domestik sudah mulai berjalan dari dan ke kawasan itu.

No comments:

Post a Comment